Pagi
yang Alice tunggu
“HAH
. . . godd ..!!!” teriak Alice
“kenapa sih gue sebodoh ini ,.?? Suka sama cowo kaya loe Nic !!”
“Aaakkhh...
“Gak
Alice loe gak bodoh” ucap Bian yang
sejak tadi memperhatikannya .
Alice
tidak sadar dari tadi Bian ada didekatnya . Bian ini sahabat dekatnya yang
selalu mengerti apa yang Alice inginkan . Alice menoleh .
“Loe
sama sekali enggak
bodoh, yang bodoh tuh dia udah nyia-nyiain
loe, seharusnya dia bangga dan ngerasa beruntung bisa disukain dan dicintai
sama cewe secantik dan sebaik loe.”
Alice
terdiam sejenak “gue yang bodoh Bi, udah tau perasaannya semu dan dia juga udah
punya cewe tapi gue tetep menginginkannya.”
“Ya
munglin loe cuma salah gak bodoh”
suasana hening “Loe cuma salah jatuh cinta sama dia dan ini udah kepuluhan kalinya
loe teriak di danau ini. Loe
sadar gak sih , cuma
buat dia loe sampai kaya gini.”
Alice
terdiam menatap danau dihadapannya dan semua yang ada disekelilingnya mencoba
menyadarkan dirinya akan semuanya . Bahkan mungkin danau ini saja telah bosan
mendengar makiannya .
“Ya
udah yuk balik ke Jakarta , kasian Opie udah nunggu lama.”
Alice
menerawang ke jauh khayalannya “ suatu
saat nanti gue bakalan duduk tersenyum disini menatap pagi dan senja yang
mengekor bersama seorang yang gue cintai” ucapnya dalam hati.
Pagi
ini badan alice terasa remuk seakan habis dipukuli dan dikeroyok oleh banyak
orang,mungkin lebay tapi mau gimana lagi.
“Alice...!!!” teriak Mamah .
“Emph...!!!”
“Ayo
bangun .!! nanti kamu telat”
“Libur
dulu yah mah , badan aku sakit semua”
“Gak
bisa” Mamahnya lalu menariknya ke kamar
mandi “mandi..!!”
Hari
ini alice lebih lega dari hari kemarin, walaupun tak bisa dipungkiri ada salah
satu celah kecil dihatinya yang belum bisa tertutup dengan cara apapun. Dan bagaimana
pun masih sakit tapi bukan berarti ia tak bisa melupakan semuanya.
“ini
saatnya,kembali seperti dulu” ucapnya
pelan saat melangkah masuk dari pagar sekolahnya.
Senyum
, Tawa , Tetap dan semu yang mengalir bahagia, apa adanya terlontar jelas didepan
matanya, membangunkan asa yang selama ini tertidur dalam mimpi-mimpinya yang
tak kunjung reda justru mengendap,
menyiksa diri dengan keinginan
untuk termiliki dan memiliki .
“Udah
terlalu lama gue terpaku, menatap loe jauh dari sini dan melangkah adalah jalan
terbaik” gusarnya .
“Hey
lagi ngeliatin apa sih ..???” tanya Bian
yang langsung melihat kesekitarnya.
“Gak
ngeliatin apa-apa”
“Mmmph..
kantin yuk ..!! sarapan”
“Opie..??”
“Bentar
lagi dia juga nyusul, kalau masalah makan mah dia cepet”
“Tunggu...!!” teriak Opie.
Tawa
yang dulu terpendam untuknya sendiri sekarang mampu ia bagi 2 sahabatnya itu.
Tawanya yang terlihat tanpa ada beban menandakan bahwa sakit itu bisa teratasi.
Mereka
masih tertawa atau lebih tepatnya saling menertawakan,saling meledek dan saling
menghibur,semua kembali hari ini.
“Hei
kalian berdua itu cocok tau,kenapa gak jadian aja?” ucap Opie entah hanya
candaan atau serius.
“Apaan
sih” bela bian, tapi
Alice hanya diam karena tak sengaja ia melihat wajah yang ia rindu namun tak
mungkin lagi mengharapkannya merasakannya. ”Nic
sampai kapan sih gue bisa lepas dari rasa ini”gusarnya dalam hati. Alice masih
bertanya-tanya sanggupkah ia melakukan ini semua atau ia akan terkubur dalam
emosi. Tiba – tiba saja Nic menghampirinya. Tidak biasa-biasanya jika ia ingin
mengatakan sesuatu pasti ia hanya sms atau menelepon.
“Alice,pulang
sekolah bisa pulang sama gue kan?” Tawar Nic
Muncul
banyak pertanyaan dikepala Alice heran, bingung
dan lain sebagainya. Sedangkan Bian menatapnya dan mengisyaratkan jangan, tapi hatinya dan egonya lebih tinggi dari itu
semua.
“emph
ok !!” ucapnya, lalu Nic pergi dengan sendirinya.
“Alice..bodoh
banget sih loe??!” omel Bian.
“ko
bodoh? Padahal...gue masih inget banget baru
kemaren loe bilang gue enggak
bodoh”
“ia
tapi...akh,ya udahlah susah dibilangin loe...”Alice hanya tersenyum
membayangkan apa yang barusan ia alami.
Setelah
bel berbunyi Alice langsung bergegas , berjalan setengah berlari ke pagar
sekolah menunggu Nic dengan wajah berseri tanpa beban. Padahal baru kemarin ia
menangis dan baru tadi pagi ia berniat melupakannya.
Setengah
jam ia menunggu didepan pagar. Bian dan Opie pun sudah pulang. Tapi Nic masih
belum muncul. Alice mulai putus asa . sudah belasan kali dia melihat jam tangan
dan sudah puluhan kali dia menoleh ke parkiran, tapi sosok yang ia tunggu masih
belum datang.
“Bodoh
banget gue,mau-maunya nunggu dia disini!”.
Kesabaran
Alice sudah habis dimakan waktu yang terus menyudutkannya. Akhirnya Alice
berjalan perlahan dengan perasaan kesal. “setengah jam lebih gue nunggu,kemana loe,seharusnya gue tau kalo loe cuma
becanda.” Tiga langkah ia berjalan dengan tiba-tiba saja sebuah motor yang ia
kenali berhenti didepannya. ya
itu Nic. “Huft” hela Alice.
“Naik”
ucap Nic singkat, Bahkan
tak menoleh.
“Udah
gitu doang, bilang
maaf kek seenggaknya”gusur Alice dalam hati, ya hanya itu yang bisa Alice
lakukan, karena asa yang ia punya untuk memaki Nic terlalu kecil untuk bisa
menangkis rasa untuk Nic. Dan Alice hanya mengikuti katanya.
“
Kita mau kemana???”
Nic
hanya diam tanpa suara, tak menjawab apapun bahkan tak seperti mendengar apa
yang dikatakan olehnya atau bahkan Nic tak menyadari bahwa ia sedang bersama
Alice.
“
Dia orang apa patung sich,ngomong secukupnya hikh..!!” gusarnya dalam hati.
“Turun”
ucap Nic setelah menghentikan motor.
Alice
melihat sekelilingnya. Sunyi,sepi,tenang tapi indah.” Dia lagi gak nyulik gue
kan?” fiqirnya. Alice menatapnya dengan
perasaan curiga. Inikah sifat asli yang dimiliki orang yang dicintainya.
“Tenang
aja gue enggak
bakal ngapa-ngapain loe disini”
Nic
berbicara seolah bisa membaca fikirannya. Tapi Alice terlihat lebih tenang.
“ini
kan yang loe mau?” Ucap Nic dan Alice
menatap Nic
“gue
bukan bintang yang harus dikejar walau dalam mimpi , gue bukan batu yang gak
pernah peka pada semua laku loe , dan gue bukan penjahat yang pengen melukai
loe” Nic terdiam sejenak menatap Alice
“dan gue bukan danau yang tetap sabar yang meski terus loe maki”
“jadi
?” ucap Alice “Loe .... ? “
“iya
gue tau ko ,semua hal yang merusak senyum Loe “
“
Nic “
“
jangan harapkan gue
lebih dari apa yang loe liat dari sikap gue , karena itu bakal nyakitin diri
loe sendiri .... “ Nic menghela nafas “
dan gue suka dengan cara loe buat bikin gue tertarik “
Alice
masih belum bisa tertidur padahal malam sudah semakin larut dan pagi hampir menjemput.
Alice tersenyum membayangkan satu cerita yang dia alami bersama Nic , apa
maksud perkataannya ? apa ia harus menjauhinya ? Alice hanya tertidur 2 jam
sebelum berangkat kesekolah . lingkar hitam terlihat jelas dibawah matanya
.“aduh kelihatan gak yah , kan malu kalo dia tau gue gak bisa tidur semalem”
gusarnya . Alice menuju kelas dengan wajah tertunduk dan sesekali melihat
apakah ada Nic disekitarnya .
“Hey
gimana kemarin ?” tanya opie yang menghampirinya dan Alice sontak kaget .
“kenapa
sih kok kaget gitu ?”
Hey
, semalem loe gak tidur ya ?” tanya Bian sambil memperhatikan Alice tapi Alice
hanya tersenyum dan langsung bergegas ke kelas .
“Alice
“ Bian menarik tangan Alice dan menatapnya .
“
please Bi ........ “
Bian
langsung melepaskan tangan Alice dan Alice berjalan ke kelas, dan duduk di
kursinya. Alice sesekali menoleh ke pintu memastikan kedatangan Nic .
Beberapa
saat kemudian Nic datang berjalan ke kursinya yang berada di samping Alice
dengan angkuh seakan kemarin tak ada hal apapun . karna itu Alice menghampiri
Nic di kursinya .
“maksud
perkataan loe kemarin
apa ?”
Nic
memperlihatkan hpnya pada Alice, Alice
melihat walpeper dimana Nic memeluk seorang wanita cantik. Alice tak habis
pikir, jadi maksud perkataannya Alice harus menjauhi Nic.
“
gue enggak nyuruh loe ngejahuin gue, gue Cuma mau loe berhenti berharap, gue ngerasa gue enggak
baik buat loe “ ucap Nic .
“
kalo gini sama aja lo suruh gue untuk jangan deket-deket sama loe “
“bukan
itu Alice maksudnya, dewasa dikit dong “
“Huft
. . . “ Nic menghela nafas “ loe tuh
cantik Alice, masih ada cowo-cowo lain yang lebih sayang sama loe, loe harus
sadar Alice “
“iya
itu sama aja loe suruh gue buat jauhin loe .. !!” Alice berdiri dari kursinya .
“Alice
“ Nic menarik tangannya
“Tapi
gue cuma mau loe “
“gue
ngerti, tapi tolong jangan paksa keadaan ini “
Alice
kembali duduk mencoba menahan emosi dan air matanya .
“
cukup jadiin gue seperti Bian” Nic menatap Alice “ loe pasti bisa dan gue
bakalan lebih nyaman dengan keadaan itu, karena gue bisa jadi apa yang loe mau”
“
tapi”
“
lice “ Nic menatap Alice lagi, dia
kembali berdiri dari kursinya menahan air mata yang sudah mengisi ruang di
matanya. Dia
seakan tak mampu menopang tubuhnya sendiri, berjalan perlahan menjauh dari
tempat Nic. Satu
langkah seakan satu hari waktu terbuang untuk menunggu cinta yang ia harap .
“Alice
“ ucap Bian namun Alice seakan Alice tak mendengarkannya.
“minggu
ini Lice “ ajak Nic “ Loe bisa ikut kan yah .. ?”
Alice
keluar kelas, sekarang air matanya tak mampu ia redam. Alice duduk di koridor
perpustakaan menyesali semua yang telah ia lakukan untuk Nic, Sia-sia
tak berguna. Bian menghampinya dan mendekap bahunya.
“lupain
semuanya maka loe akan bebas “ ucap Bian
“Maafin
gue bi, selama ini gue gak pernah dengerin kata-kata loe “
“enggak
ada yang perlu di maafin , sekarang loe cuma perlu hapus air mata loe, loe
harus tunjukin sama dia kalo dia bukan penghalang loe agar kembali ke hidup loe
yang dulu “ Bian menatap Alice
Minggu
ini , pagi-pagi sekali Alice sudah
berkemas baju, peralatan yang ia
butuhkan selama di Bogor. Alice tidak punya pilihan lain selain menerima
tawaran Nic sebelumnya. untung saja tempatnya Alice yang menentukan jadi Alice
memilih ke vilanya sendiri.
Bian
dan Oppie telah menjemputnya di depan dan Alice langsung turun . masukan
barang-barangnya ke mobil Bian.
“kenapa
sih loe harus nerima tawaran Nic “ ucap
Bian
Alice
menjawab sambil membereskan barangnya ke mobil
“gue harus nunjukin kalo gue bisa, itu kan yang loe bilang ke gue “
jawab Alice. Namun Nic hanya menganguk - anggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Hujan
tiba-tiba saja turun saat mereka sampai di villa, tapi itu tak di perdulikan
oleh Alice. dia hanya memperhatikan siapa wanita yang dibawa oleh Nic. Karena sejak di perjalanan ia tak berani menatap terlalu
lama ke belakang.
“Hah
seberapa hebat sih wanita ini dibanding gue ?” gerutunya
“Hey
buruan hujan !! “ teriak oppie
“
ya ya ya “
Alice
berlari memasuki villa, namun ia kesulitan untuk berlari karena barang yang ia bawa terlalu banyak dan tak sengaja ia
terjatuh didepan pintu villa.
“aaakkhh
. . . aduhh sakitt ..!!!” rintihnya
“Alice
!!!” teriak Bian dan Nic hampir
bersamaan mereka berdua menghampiri Alice. Bian menatap tajam pada Nic, Nic
menghentikan langkahnya.
“Alice
,enggak apa - apakan loe? ,yaudah mau
gue gendong ke dalem ?” ucap Bian
“enggak
usah, gue enggak
apa-apa ko “ Jawabnya
“yaudah
gue bawain barang-barang loe yah “
Bian
lalu memberikan handuk kecil pada Alice dan memeriksa lukanya .
Pagi
sudah menjemput , dan hari ini cerah tak ada tanda-tanda akan hujan . Karna itu
mereka memutuskan untuk pergi ke sungai di belakang villa untuk barbeque an
bersama dan mungkin mereka akan mandi disana karna sebagian dari mereka belum
mandi termasuk Alice .
“gue
mandi dulu ya “ ucap Alice
“mandi
disana aja “ ucap Bian
“taapii
...... “
“udah “ Bian
menarik tangan Alice
Sungainya
begitu tenang, udaranya sejuk, berkali-kali
Alice menghela nafasnya karena
berkali-kali ia melihat Nic pamer kemesraan padanya
“Alice
kesana yukk “ ajak Bian
Satu
jam Alice pergi bersama Bian, Nic merasa gelisah. Kemesraan dengan pacarnya hilang begitu saja,
tergantikan wajah kekawatiran. Tiba-tiba
terdengar kencang suara teriakan Bian.
“ALICE
!!!! “ teriak Bian Alice pun tak hentinya meminta tolong dan Nic langsung
berlari panik .
Nic
melompat ke sungai
untuk menolong Alice yang tergelam, ia lalu mengendong Alice ke villa. wajah Alice pucat pesi , namun Nic tak
hentinya menyadarkanya sampai Alice siuman .
“Alice
. . . 3x “ ucap Nic panik sambil menepuk
pipinya dan akhirnya Alice sadar
“enggak
apa - apakan Lice ?” ucap Nic
“iyah
, makasih . . . Nic “
Nic
menghampiri Bian dan menyuruhnya mengikutinya ke halaman belakang villa. Entah apa yang terjadi Nic langsung memukul Bian dengan
sangat emosi.
“ini
yang namanya loe sayang sama dia , nyelakain dia kaya gini. Loe tau kan dia enggak
bisa berenang ? dia tuh hampir mati
gara-gara loe . .!!” teriak Nic
“gue
lupa Nic “ ucap Bian pelan
“loe
bilang lupa ? hahaha lucu loh, kalo emang loe beneran sayang sama Alice loe gak
bakalan lupa hal sepele kaya gini. Apa loe lupa juga gue mundur dari dia relain
dia buat loe bukan buat loe sia-siain.”
“gue
gak pernah nyia-nyia in dia Nic”
“ini
apa buktinya ? loe udah nyelakain dia,
gue ngerelain dia karena
gue fikir loe bakal lebih sayang sama dia dibanding gue .”
“Udah
cukup ya nic ! dari awal gue gak minta loe mundur, loe sendiri yang mau dan
jangan pikir, karna dari dulu loe selalu ngerebut cewek yang gue suka. Loe bisa
seenaknya sama gue, sadar gak sih loe..?? dari awal siapa yang nolongin loe
saat bokap nyokap loe meninggal,hah..gue..??”
“Gue
tau ...!! gue udah cape Yan ngalah terus dari loe cuma buat balas budi, tapi apa yang loe lakuin ke dia..??”
Tiba-tiba
saja terdngar teriakan dari belakang mereka “STOP..!!” Teriak Alice yang dari tadi disana mendengar
pembicaraan mereka.
“Oh,
jadi selama ini kalian Cuma jadiin gue mainan dan ajang balas budi..??” ucap
Alice.
“Lice
gue bisa jelasin semuanya..!!” ucap Nic.
“Diem
loe pengecut..!!” ucap Alice dan langsung pergi.
Alice
berlari ke kamarnya dan langsung membereskan barang-barangnya. Alice memutuskan
untuk pulang hari itu juga . Dia lalu menelepon supirnya untuk menjemputnya. Tetapi
Alice memutuskan menenangkan diri di rumah neneknya di kawasan Bandung.
Sudah
seminggu Alice tidak masuk sekolah, setiap hari mamahnya menelepon memberi tahu
bahwa setiap hari Nic datang ke Rumahnya, dan sudah 3 kali Bian ke rumah nya.
Setiap
hari Alice duduk di halaman belakang rumah neneknya. Termasuk hari ini dia
duduk disana. Entah
apa yang dipandangnya tatapannya kosong, tiba-tiba saja seseorang berdiri di
belakangnya dan memanggilnya. Ternyata it Nic dia mendapat alamat neneknya dari
Mamahnya. Tanpa pikir panjang Alice langsung mengusir Nic dan menelepon
mamahnya. Alice memarahi mamahnya.
“mamah
enggak tega Lice , setiap hari kesini tanyain kamu” Bela mamahnya
Besoknya
Alice masih duduk disana dan masih sana dengan tatapan kosong . dan hari ini
bukan Nic yang dateng melainkan Bian dan Oppie . Alice tidak menegur mereka
karna bagaimana pun mereka sahabatnya.
“mau
apa kalian ?”
“Alice
degerin kita dulu, ada yang mau kita ceritain” ucap Oppie lalu menyenggol Bian.
Bian
mengatakan pada Alice bahwa setelah kejadian itu Nic selalu kerumah Alice untuk
menanyakannya , bahkan di sekolah Nic sering menatap kosong kursinya ,
tempat-tempat dimana Alice ada. Dan sebenarnya Nic mencintai Alice lebih dari
Bian karna tingkah-tingkah lucu Alice ketika didepannya , tapi setelah Nic
sadar bahwa Bian menyayangi Alice juga. Nic harus merelakan Alice untuk Bian saudaranya
Karena ia tak ingin menyakiti Bian, dari sikap Bian Nic menyadari bahwa Bian
yang lebih menyayanginya.
“semua
ini salah gue Lice , gue yang buat dia ngerelain loe dan gue sadar gak
sepenuhnya gue suka sama loe, gue cuma
. . . enggak mau liat Nic menang dari gue.
Nic sayang banget sama loe Lice “ ucap Bian dan hanya Alice terdiam “ dan cewe yang
sama dia kemaren cuma cewek bohongan”
“kalo
loe bener-bener sayang sama dia dan udah mau maafin dia, sekarang dia ada di danau, di Bogor tempat
loe sering berteriak “ ucap Bian lalu
mereka pun pergi.
Air
mata Alice terjatuhan mencerna apa yang dikatakan Bian. Lalu akhirnya dia
memutuskan untuk ke danau
itu. Dan benar saja Nic berada d’sana . Alice lalu duduk disamping Nic.
“
gue enggak nyangka akhirnya loe kesini juga, gue minta maaf “ ucap Nic
“
enggak ada yang perlu dimaafkan”
“gue
sayang banget sama loe Lice, gue enggak
mau liat loe sedih gara-gara gue kaya dulu”
Pagi
ini sebelum matari terbit Alice telah duduk di danau bersama Nic. Menunggu
mentari bangun dari tidurnya. Alice tidak pernah menyangka bahwa hari ini akan
datang. Alice menatap pagi bersama orang yang ia sayangi. Di danau ini, danau
yang selalu mendengarkan makianny .
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar