Senin, 29 Oktober 2012

CERPENKU

Pagi yang Alice tunggu
          HAH . . .  godd ..!!!”  teriak Alice  “kenapa sih gue sebodoh ini ,.?? Suka sama cowo kaya loe Nic !!”
“Aaakkhh...
“Gak Alice loe gak bodoh”  ucap Bian yang sejak tadi memperhatikannya .
            Alice tidak sadar dari tadi Bian ada didekatnya . Bian ini sahabat dekatnya yang selalu mengerti apa yang Alice inginkan . Alice menoleh .
            “Loe sama sekali enggak bodoh, yang bodoh tuh dia udah nyia-nyiain loe, seharusnya dia bangga dan ngerasa beruntung bisa disukain dan dicintai sama cewe secantik dan sebaik loe.”
            Alice terdiam sejenak “gue yang bodoh Bi, udah tau perasaannya semu dan dia juga udah punya cewe tapi gue tetep menginginkannya.”
            “Ya munglin loe cuma salah gak bodoh”  suasana hening  “Loe cuma salah jatuh cinta sama dia dan ini udah kepuluhan kalinya loe teriak di danau ini. Loe sadar gak sih , cuma buat dia loe sampai kaya gini.”
            Alice terdiam menatap danau dihadapannya dan semua yang ada disekelilingnya mencoba menyadarkan dirinya akan semuanya . Bahkan mungkin danau ini saja telah bosan mendengar makiannya .
            “Ya udah yuk balik ke Jakarta , kasian Opie udah nunggu lama.”
            Alice menerawang ke jauh khayalannya  “ suatu saat nanti gue bakalan duduk tersenyum disini menatap pagi dan senja yang mengekor bersama seorang yang gue cintai” ucapnya dalam hati.
            Pagi ini badan alice terasa remuk seakan habis dipukuli dan dikeroyok oleh banyak orang,mungkin lebay tapi mau gimana lagi.
            “Alice...!!!”  teriak Mamah .
            “Emph...!!!”
            “Ayo bangun .!! nanti kamu telat”
            “Libur dulu yah mah , badan aku sakit semua”
            “Gak bisa”  Mamahnya lalu menariknya ke kamar mandi “mandi..!!”
            Hari ini alice lebih lega dari hari kemarin, walaupun tak bisa dipungkiri ada salah satu celah kecil dihatinya yang belum bisa tertutup dengan cara apapun. Dan bagaimana pun masih sakit tapi bukan berarti ia tak bisa melupakan semuanya.
            “ini saatnya,kembali seperti dulu”  ucapnya pelan saat melangkah masuk dari pagar sekolahnya.
            Senyum , Tawa , Tetap dan semu yang mengalir bahagia, apa adanya terlontar jelas didepan matanya, membangunkan asa yang selama ini tertidur dalam mimpi-mimpinya yang tak kunjung reda justru mengendap, menyiksa diri dengan keinginan untuk termiliki dan memiliki .
            “Udah terlalu lama gue terpaku, menatap loe jauh dari sini dan melangkah adalah jalan terbaik”  gusarnya .
            “Hey lagi ngeliatin apa sih ..???”  tanya Bian yang langsung melihat kesekitarnya.
            “Gak ngeliatin apa-apa”
            “Mmmph.. kantin yuk ..!! sarapan”
            “Opie..??”
            “Bentar lagi dia juga nyusul, kalau masalah makan mah dia cepet”
            “Tunggu...!!”  teriak Opie.
            Tawa yang dulu terpendam untuknya sendiri sekarang mampu ia bagi 2 sahabatnya itu. Tawanya yang terlihat tanpa ada beban menandakan bahwa sakit itu bisa teratasi.
            Mereka masih tertawa atau lebih tepatnya saling menertawakan,saling meledek dan saling menghibur,semua kembali hari ini.
            “Hei kalian berdua itu cocok tau,kenapa gak jadian aja?” ucap Opie entah hanya candaan atau serius.
            “Apaan sih” bela bian, tapi Alice hanya diam karena tak sengaja ia melihat wajah yang ia rindu namun tak mungkin lagi mengharapkannya merasakannya. ”Nic sampai kapan sih gue bisa lepas dari rasa ini”gusarnya dalam hati. Alice masih bertanya-tanya sanggupkah ia melakukan ini semua atau ia akan terkubur dalam emosi. Tiba – tiba saja Nic menghampirinya. Tidak biasa-biasanya jika ia ingin mengatakan sesuatu pasti ia hanya sms atau menelepon.
            “Alice,pulang sekolah bisa pulang sama gue kan?” Tawar Nic
            Muncul banyak pertanyaan dikepala Alice heran, bingung dan lain sebagainya. Sedangkan Bian menatapnya dan mengisyaratkan jangan, tapi hatinya dan egonya lebih tinggi dari itu semua.
            “emph ok !!” ucapnya, lalu Nic pergi dengan sendirinya.
            “Alice..bodoh banget sih loe??!” omel Bian.
            “ko bodoh? Padahal...gue masih inget banget baru kemaren loe bilang gue enggak bodoh”
            “ia tapi...akh,ya udahlah susah dibilangin loe...”Alice hanya tersenyum membayangkan apa yang barusan ia alami.
            Setelah bel berbunyi Alice langsung bergegas , berjalan setengah berlari ke pagar sekolah menunggu Nic dengan wajah berseri tanpa beban. Padahal baru kemarin ia menangis dan baru tadi pagi ia berniat melupakannya.  
            Setengah jam ia menunggu didepan pagar. Bian dan Opie pun sudah pulang. Tapi Nic masih belum muncul. Alice mulai putus asa . sudah belasan kali dia melihat jam tangan dan sudah puluhan kali dia menoleh ke parkiran, tapi sosok yang ia tunggu masih belum datang.
            “Bodoh banget gue,mau-maunya nunggu dia disini!”.
            Kesabaran Alice sudah habis dimakan waktu yang terus menyudutkannya. Akhirnya Alice berjalan perlahan dengan perasaan kesal. “setengah jam lebih gue nunggu,kemana loe,seharusnya gue tau kalo loe cuma becanda.” Tiga langkah ia berjalan dengan tiba-tiba saja sebuah motor yang ia kenali berhenti didepannya. ya itu Nic. “Huft” hela Alice.
            “Naik” ucap Nic singkat, Bahkan tak menoleh.
            “Udah gitu doang, bilang maaf kek seenggaknya”gusur Alice dalam hati, ya hanya itu yang bisa Alice lakukan, karena asa yang ia punya untuk memaki Nic terlalu kecil untuk bisa menangkis rasa untuk Nic. Dan Alice hanya mengikuti katanya.
            “ Kita mau kemana???”
            Nic hanya diam tanpa suara, tak menjawab apapun bahkan tak seperti mendengar apa yang dikatakan olehnya atau bahkan Nic tak menyadari bahwa ia sedang bersama Alice.
            “ Dia orang apa patung sich,ngomong secukupnya hikh..!!” gusarnya dalam hati.
            “Turun” ucap Nic setelah menghentikan motor.
Alice melihat sekelilingnya. Sunyi,sepi,tenang tapi indah.” Dia lagi gak nyulik gue kan?”  fiqirnya. Alice menatapnya dengan perasaan curiga. Inikah sifat asli yang dimiliki orang yang dicintainya.
            “Tenang aja gue enggak bakal ngapa-ngapain loe disini”
            Nic berbicara seolah bisa membaca fikirannya. Tapi Alice terlihat lebih tenang.
            “ini kan yang loe mau?” Ucap Nic dan Alice menatap Nic
            “gue bukan bintang yang harus dikejar walau dalam mimpi , gue bukan batu yang gak pernah peka pada semua laku loe , dan gue bukan penjahat yang pengen melukai loe” Nic terdiam sejenak menatap Alice  “dan gue bukan danau yang tetap sabar yang meski terus loe maki”
            “jadi ?” ucap Alice  “Loe .... ? “
            “iya gue tau ko ,semua hal yang merusak senyum Loe “
            “ Nic “
            “ jangan harapkan gue lebih dari apa yang loe liat dari sikap gue , karena itu bakal nyakitin diri loe sendiri .... “  Nic menghela nafas “ dan gue suka dengan cara loe buat bikin gue tertarik “
            Alice masih belum bisa tertidur padahal malam sudah semakin larut dan pagi hampir menjemput. Alice tersenyum membayangkan satu cerita yang dia alami bersama Nic , apa maksud perkataannya ? apa ia harus menjauhinya ? Alice hanya tertidur 2 jam sebelum berangkat kesekolah . lingkar hitam terlihat jelas dibawah matanya .“aduh kelihatan gak yah , kan malu kalo dia tau gue gak bisa tidur semalem” gusarnya . Alice menuju kelas dengan wajah tertunduk dan sesekali melihat apakah ada Nic disekitarnya .
            “Hey gimana kemarin ?” tanya opie yang menghampirinya dan Alice sontak kaget .
            “kenapa sih kok kaget gitu ?”
            Hey , semalem loe gak tidur ya ?” tanya Bian sambil memperhatikan Alice tapi Alice hanya tersenyum dan langsung bergegas ke kelas .
            “Alice “ Bian menarik tangan Alice dan menatapnya .
            “ please Bi ........ “
            Bian langsung melepaskan tangan Alice dan Alice berjalan ke kelas, dan duduk di kursinya. Alice sesekali menoleh ke pintu memastikan kedatangan Nic .
Beberapa saat kemudian Nic datang berjalan ke kursinya yang berada di samping Alice dengan angkuh seakan kemarin tak ada hal apapun . karna itu Alice menghampiri Nic di kursinya .
            “maksud perkataan loe kemarin apa ?”
            Nic memperlihatkan hpnya  pada Alice, Alice melihat walpeper dimana Nic memeluk seorang wanita cantik. Alice tak habis pikir, jadi maksud perkataannya Alice harus menjauhi Nic.
            “ gue enggak nyuruh loe ngejahuin gue, gue Cuma mau loe berhenti berharap, gue ngerasa gue enggak baik buat loe “ ucap Nic .
            “ kalo gini sama aja lo suruh gue untuk jangan deket-deket sama loe “
            “bukan itu Alice maksudnya, dewasa dikit dong “
            “Huft . . . “ Nic menghela nafas  “ loe tuh cantik Alice, masih ada cowo-cowo lain yang lebih sayang sama loe, loe harus sadar Alice “
            “iya itu sama aja loe suruh gue buat jauhin loe .. !!” Alice berdiri dari kursinya .
            “Alice “ Nic menarik tangannya
            “Tapi gue cuma mau loe “
            “gue ngerti, tapi tolong jangan paksa keadaan ini “
            Alice kembali duduk mencoba menahan emosi dan air matanya .
            “ cukup jadiin gue seperti Bian” Nic menatap Alice “ loe pasti bisa dan gue bakalan lebih nyaman dengan keadaan itu, karena gue bisa jadi apa yang loe mau”
            “ tapi”
            “ lice “  Nic menatap Alice lagi, dia kembali berdiri dari kursinya menahan air mata yang sudah mengisi ruang di matanya. Dia seakan tak mampu menopang tubuhnya sendiri, berjalan perlahan menjauh dari tempat Nic. Satu langkah seakan satu hari waktu terbuang untuk menunggu cinta yang ia harap .
            “Alice “ ucap Bian namun Alice seakan Alice tak mendengarkannya.
            “minggu ini Lice “  ajak Nic  “ Loe bisa ikut kan yah .. ?”
            Alice keluar kelas, sekarang air matanya tak mampu ia redam. Alice duduk di koridor perpustakaan menyesali semua yang telah ia lakukan untuk Nic, Sia-sia tak berguna. Bian menghampinya dan mendekap bahunya.
            “lupain semuanya maka loe akan bebas “  ucap Bian
            “Maafin gue bi, selama ini gue gak pernah dengerin kata-kata loe “
            “enggak ada yang perlu di maafin , sekarang loe cuma perlu hapus air mata loe, loe harus tunjukin sama dia kalo dia bukan penghalang loe agar kembali ke hidup loe yang dulu “ Bian menatap Alice
            Minggu ini , pagi-pagi  sekali Alice sudah berkemas baju, peralatan  yang ia butuhkan selama di Bogor. Alice tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran Nic sebelumnya. untung saja tempatnya Alice yang menentukan jadi Alice memilih ke vilanya sendiri.
            Bian dan Oppie telah menjemputnya di depan dan Alice langsung turun . masukan barang-barangnya ke mobil Bian.
            “kenapa sih loe harus nerima tawaran Nic “  ucap Bian
            Alice menjawab sambil membereskan barangnya ke mobil  “gue harus nunjukin kalo gue bisa, itu kan yang loe bilang ke gue “ jawab Alice. Namun Nic hanya menganguk - anggukkan kepalanya sambil tersenyum.
            Hujan tiba-tiba saja turun saat mereka sampai di villa, tapi itu tak di perdulikan oleh Alice. dia hanya memperhatikan siapa wanita yang dibawa oleh Nic. Karena sejak di perjalanan ia tak berani menatap terlalu lama ke belakang.
            “Hah seberapa hebat sih wanita ini dibanding gue ?” gerutunya
            “Hey buruan hujan !! “  teriak oppie
            “ ya ya ya 
            Alice berlari memasuki villa, namun ia kesulitan untuk berlari karena barang yang ia bawa terlalu banyak dan tak sengaja ia terjatuh didepan pintu villa.
            “aaakkhh . . . aduhh sakitt ..!!!” rintihnya
            “Alice !!!”  teriak Bian dan Nic hampir bersamaan mereka berdua menghampiri Alice. Bian menatap tajam pada Nic, Nic menghentikan langkahnya.
            “Alice ,enggak apa - apakan loe? ,yaudah mau gue gendong ke dalem ?”  ucap Bian
            “enggak usah, gue enggak apa-apa ko “  Jawabnya
            “yaudah gue bawain barang-barang loe yah “
            Bian lalu memberikan handuk kecil pada Alice dan memeriksa lukanya .
            Pagi sudah menjemput , dan hari ini cerah tak ada tanda-tanda akan hujan . Karna itu mereka memutuskan untuk pergi ke sungai di belakang villa untuk barbeque an bersama dan mungkin mereka akan mandi disana karna sebagian dari mereka belum mandi termasuk Alice .
            “gue mandi dulu ya “  ucap Alice
            “mandi disana aja “  ucap Bian
            “taapii ...... “ 
            “udah    Bian menarik tangan Alice
            Sungainya begitu tenang, udaranya sejuk, berkali-kali Alice menghela nafasnya karena berkali-kali ia melihat Nic pamer kemesraan padanya
            “Alice kesana yukk “  ajak Bian
            Satu jam Alice pergi bersama Bian, Nic merasa gelisah. Kemesraan dengan pacarnya hilang begitu saja, tergantikan wajah kekawatiran. Tiba-tiba terdengar kencang suara teriakan Bian.
            “ALICE !!!! “ teriak Bian Alice pun tak hentinya meminta tolong dan Nic langsung berlari panik .
            Nic melompat ke sungai untuk menolong Alice yang tergelam, ia lalu mengendong Alice ke villa.  wajah Alice pucat pesi , namun Nic tak hentinya menyadarkanya sampai Alice siuman .
            “Alice . . . 3x “  ucap Nic panik sambil menepuk pipinya dan akhirnya Alice sadar
            “enggak apa - apakan Lice ?”  ucap Nic
            “iyah , makasih . . .  Nic “
            Nic menghampiri Bian dan menyuruhnya mengikutinya ke halaman belakang villa. Entah apa yang terjadi Nic langsung memukul Bian dengan sangat emosi.
            “ini yang namanya loe sayang sama dia , nyelakain dia kaya gini. Loe tau kan dia enggak bisa berenang ?  dia tuh hampir mati gara-gara loe .  .!!”  teriak Nic
            “gue lupa Nic “  ucap Bian pelan
            “loe bilang lupa ? hahaha lucu loh, kalo emang loe beneran sayang sama Alice loe gak bakalan lupa hal sepele kaya gini. Apa loe lupa juga gue mundur dari dia relain dia buat loe bukan buat loe sia-siain.”
            “gue gak pernah nyia-nyia in dia Nic”
            “ini apa buktinya ? loe udah nyelakain dia, gue ngerelain dia karena gue fikir loe bakal lebih sayang sama dia dibanding gue .”
            “Udah cukup ya nic ! dari awal gue gak minta loe mundur, loe sendiri yang mau dan jangan pikir, karna dari dulu loe selalu ngerebut cewek yang gue suka. Loe bisa seenaknya sama gue, sadar gak sih loe..?? dari awal siapa yang nolongin loe saat bokap nyokap loe meninggal,hah..gue..??”
            “Gue tau ...!! gue udah cape Yan ngalah terus dari loe cuma buat balas budi, tapi apa yang loe lakuin ke dia..??”
            Tiba-tiba saja terdngar teriakan dari belakang mereka “STOP..!!”  Teriak Alice yang dari tadi disana mendengar pembicaraan mereka.
            “Oh, jadi selama ini kalian Cuma jadiin gue mainan dan ajang balas budi..??” ucap Alice.
            “Lice gue bisa jelasin semuanya..!!” ucap Nic.
            “Diem loe pengecut..!!” ucap Alice dan langsung pergi.
            Alice berlari ke kamarnya dan langsung membereskan barang-barangnya. Alice memutuskan untuk pulang hari itu juga . Dia lalu menelepon supirnya untuk menjemputnya. Tetapi Alice memutuskan menenangkan diri di rumah neneknya di kawasan Bandung.
Sudah seminggu Alice tidak masuk sekolah, setiap hari mamahnya menelepon memberi tahu bahwa setiap hari Nic datang ke Rumahnya, dan sudah 3 kali Bian ke rumah nya.
            Setiap hari Alice duduk di halaman belakang rumah neneknya. Termasuk hari ini dia duduk disana. Entah apa yang dipandangnya tatapannya kosong, tiba-tiba saja seseorang berdiri di belakangnya dan memanggilnya. Ternyata it Nic dia mendapat alamat neneknya dari Mamahnya. Tanpa pikir panjang Alice langsung mengusir Nic dan menelepon mamahnya. Alice memarahi mamahnya.
            “mamah enggak tega Lice , setiap hari kesini tanyain kamu”  Bela mamahnya
            Besoknya Alice masih duduk disana dan masih sana dengan tatapan kosong . dan hari ini bukan Nic yang dateng melainkan Bian dan Oppie . Alice tidak menegur mereka karna bagaimana pun mereka sahabatnya.
            “mau apa kalian ?”
            “Alice degerin kita dulu, ada yang mau kita ceritain” ucap Oppie  lalu menyenggol Bian.
            Bian mengatakan pada Alice bahwa setelah kejadian itu Nic selalu kerumah Alice untuk menanyakannya , bahkan di sekolah Nic sering menatap kosong kursinya , tempat-tempat dimana Alice ada. Dan sebenarnya Nic mencintai Alice lebih dari Bian karna tingkah-tingkah lucu Alice ketika didepannya , tapi setelah Nic sadar bahwa Bian menyayangi Alice juga. Nic harus merelakan Alice untuk Bian saudaranya Karena ia tak ingin menyakiti Bian, dari sikap Bian Nic menyadari bahwa Bian yang lebih menyayanginya.
            “semua ini salah gue Lice , gue yang buat dia ngerelain loe dan gue sadar gak sepenuhnya gue suka  sama loe, gue cuma . . . enggak mau liat Nic menang dari gue. Nic sayang banget sama loe Lice “ ucap Bian dan hanya Alice terdiam “ dan cewe yang sama dia kemaren cuma cewek bohongan”
            “kalo loe bener-bener sayang sama dia dan udah mau maafin dia, sekarang dia ada di danau, di Bogor tempat loe sering berteriak “  ucap Bian lalu mereka pun pergi. 
            Air mata Alice terjatuhan mencerna apa yang dikatakan Bian. Lalu akhirnya dia memutuskan untuk ke danau itu. Dan benar saja Nic berada d’sana . Alice lalu duduk disamping Nic.
            “ gue enggak nyangka akhirnya loe kesini juga, gue minta maaf “  ucap Nic
            “ enggak ada yang perlu dimaafkan”
            “gue sayang banget sama loe Lice, gue enggak mau liat loe sedih gara-gara gue kaya dulu”
            Pagi ini sebelum matari terbit Alice telah duduk di danau bersama Nic. Menunggu mentari bangun dari tidurnya. Alice tidak pernah menyangka bahwa hari ini akan datang. Alice menatap pagi bersama orang yang ia sayangi. Di danau ini, danau yang selalu mendengarkan makianny .

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar