PENGARUH-PENGARUH
TERHADAP PRILAKU KONSUMEN
- PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Budaya mengacu pada
seperangkat nilai, gagasan, artefak dan simbol yang mempunyai makna, yang
membantu individu berkomunikasi, memberikan tafsiran serta melakukan evaluasi.
Budaya tidak hanya bersifat naluriah saja, namun budaya memberikan dampak pada
perilaku yang dapat diterima didalam masyarakat. Beberapa sikap dan perilaku
yang dipengaruhi budaya, meliputi :
- Rasa dan ruang
- Komunikasi dan bahasa
- Pakaian, penampilan
- Makanan dan kebiasaan makan
- Waktu
- Hubungan (keluarga, organisasi, pemerintah, dsbnya)
- Nilai dan norma
- Kepercayaan dan sikap
- Proses mental dan pembelajaran
- Kebiasaan kerja
Budaya meliputi 2 (dua)
hal penting, yaitu :
- Makro budaya Merupakan seperangkat nilai dan simbol yang berlaku pada keseluruhan masyarakat. Masyarakat mengacu pada sistem sosial yang lebih besar dan bersifat kompleks, namun terorganisasi denganbaik
- Mikro Budaya Mengacu pada seperangkat nilai dan simbol dari kelompok yang lebih terbatas, misalnya kelompok agama, etnis atau sub bagian dari keseluruhan. Pada umumnya mikro budaya seringkali disebut sebagai sub budaya, namun agar tidak terjadi inferioritas, maka digunakan istilah sub budaya.Budaya mencakup elemen abstrak dan materiil, elemen abstrak mencakup nilai, sikap, gagasan, tipe kepribadian, gagasan, serta agama. Sedangkan, komponen materiil mencakup benda benda seperti buku, komputer, peralatan, gedung, dsbnya.
Konsumen mendapatkan
nilai nilai budaya karena budaya merupakan sesuatu yang bisa dipelajari, saat
manusia lahir ia belajar tentang norma yang berada dilingkungannya, yang
dilakukan dengan cara peniruan (imitation) atau dengan mengamati proses yang
terjadi didalam masyarakat. Pada saat akan membuat perencanaan iklan perlu
diketahui pula nilai nilai budaya yang dianut oleh konsumen, misalnya tentang
cara berpakaian, selera makanan, cara mereka menghabiskan waktu luang, dsbnya.
Budaya selalu
ditanamkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, terutama dilakukan
melalui lembaga seperti keluarga, pendidikan,agama, dan sekolah. Sehingga,
nilai-nilai budaya yang ditanamkan sejak kecil melalui keluarga, akan tertanam
dalam individu sejak kecil hingga dewasa, meskipun nilai nilai budaya juga bisa
ditanamkan melalui pendidikan, dimana pendidikan sebagai proses belajar dan
transfer ilmu juga dipakai untuk mengenalkan budaya kepada individu. Individu
mengenal budaya dari sejak sekolah dasar, dan diajarkan untuk mencintai budaya
yang ada, sehingga peran budaya ini akan terbawa dalam sikap dan perilaku
konsumen.
Budaya senantiasa
berkemband dan budaya menjadi sebuah entitas (entity), dimana budaya merupakan
entitas yang melayani manusia dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
sosial dasar dari masyarakat.
Budaya bersifat
adaptif, dimana strategi pemasaran yang didasarkan pada nilai-nilai masyarakat
harus bersifat adaptif. Budaya beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
didalam masyarakat, sehingga untuk mengenali trend yang ada didalam masyarakat
serta menciptakan strategi pemasaran yang tepat, harus mengacu pada nilai
budaya yang ada dalam masyarakat, karena hal-hal yang terjadi didlam masyarakat
bisa saja kontroversial tetapi dengan adanya budaya, maka perubahan yang
terjadi didalam masyarakat dapat diprediksi dengan menggunakan budaya setempat.
Di Amerika nilai budaya
yang terjadi didalam masyarakat di Amerika dapat diamati. Adapun nilai yang
dianut di Amerika, adalah :
- Kesejahteraan Materiil
Orang Amerika menyukai
hal-hal yang bersifat modern,kepraktisan dan kenyamanan.
- Tafsiran Moral Ganda
Orang Amerika percaya
akan moralitas yang terpolarisasi. Penilaian ganda yang dimaksud legal ilegal,
sekuler sakral.
- Bekerja lebih penting daripada bermain
Bekerja merupakan hal yang
penting, seseorang dianggap maju dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Sedangkan, bermain dan bersenang-senang lebih dihubungkan dengan perilaku yang
tidak serius, kesenangan dan anak-anak.
- Waktu adalah uang
Pandangan Orang Amerika
mengenai waktu berhubungan erat dengan nilai-nilai inti Amerika. Kerja dibayar
dalam periode waktu yang berhubungan dengan uang. Orang Amerika bekerja selama
8 hinggga 10 jam per haru, bila kerja lebih lama uang yang diperoleh juga
semaikin banyak
- Upaya, optimisme dan Kewirausahaan
Orang Amerika percaya
harus diidentifikasi dan upaya harus dikerahkan untuk me
mecahkan masalah tersebut. Dengan upaya
yang tepat dan optmis akan keberhasilan. Orang amerika percaya bahwa setiap
masalah pasti ada pemecahannya.
2.Pengaruh Kelas Sosial dan Status
Terhadap Pembelian dan Konsumsi
Aspek hierarkis kelas
sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen membeli berbagai produk
tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka
sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari
berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah
produk-produk “kelas yang lebih rendah”.
Pendekatan yang
sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang
luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari kelas
sosial.Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial,
ada faktor-faktor gaya hidup tertentu (kepercayaan, sikap, kegiatan, dan
perilaku bersama) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari anggota
kelas sosial lainnya.
Para individu dapat
berpindah ke atas maupun ke bawah dalam kedudukan kelas sosial dari kedudukan
kelas yang disandang oleh orang tua mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh
orang-orang adalah gerakan naik karena tersedianya pendidikan bebas dan
berbagai peluang untuk mengembangkan dan memajukan diri. Dengan mengenal bahwa
para individu sering menginginkan gaya hidup dan barang-barang yang dinikmati
para anggota kelas sosial yang lebih tinggi maka para pemasar sering memasukkan
simbol-simbol keanggotaan kelas yang lebih tinggi, baik sebagai produk maupun
sebagai hiasan dalam iklan yang ditargetkan pada audiens kelas sosial yang
lebih rendah.
Kelas sosial merupakan
bentuk segmentasi yang hierarkis dan alamiah, dikarenakan aspek hierarkis kelas
sosial begitu penting bagi pemasar dan produsen untuk menentukan konsumen mana
yang akan dituju dari produk yang telah diciptakan, apa untuk status yang lebih
tinggi atau status yang lebih rendah. Memang disini begitu terlihat begitu ada
ketidakadilan dan jarak terhadap konsumen, namun itu semua merupakan segmentasi
yang alamiah karena semua sudah terjadi dan tercipta dengan sendirinya.
Adapun yang merupakan
ukuran kelas sosial dari konsumen yang dapat diterima secara luas dan mungkin
merupakan ukuran kelas sosial terbaik terlihat dari pekerjaan, pendidikan dan
penghasilan Mesir Kuno. Gaya hidup dari lapisan atas akan berbeda dengan gaya
hidup lapisan menengah dan bawah. Demikian juga halnya dengan perilaku
masing-masing anggotanya dapat dibedakan sehingga kita mengetahui dari kalangan
kelas social mana seseorang berasal.
Eklusivitas yang ada
sering membatasi pergaulan diantara kelas social tertentu, mereka enggan
bergaul dengan kelas social dibawahnya atau membatasi diri hanya bergaul dengan
kelas yang sama dengan kelas mereka.Pola perilaku kelas social atas dianggap
lebih berbudaya dibandingkan dengan kelas social di bawahnya. Sebaliknya kelas
social bawah akan memandang mereka sebagai orang boros dan konsumtif dan
menganggap apa yang mereka lakukan kurang manusiawi dan tidak memiliki
kesadaran dan solidaritas terhadap mereka yang menderita. Pemujaan terhadap
kelas sosialnya masing-masing adalah wujud dari etnosentrisme.
3.Pengaruh Individu Terhadap Perilaku
Konsumen
Perilaku Konsumen
adalah perilaku dari konsumen dari mulai mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi serta mengganti produk barang dan jasa yang sesuai harapan dan
dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Menurut Shiffman dan
Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that
customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing
of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”.
Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang
diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan
mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Menurut Loudon dan
Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision
process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring,
using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen
adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang
semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau
mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan
Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the
decision of the decision process by which customers come to purchase and
consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat
keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
Ada dua wujud konsumen
yaitu :
a.
Personal Consumer : konsumen ini membeli
atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
b.
Organizational Consumer : konsumen ini
membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan
menjalankan organisasi tersebut.
Berdasarkan landasan
teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
a.
Faktor eksternal adalah merupakan faktor
yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy,
dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki
pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan perilaku konsumen.
Kelompok referensi akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan
sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.
b.
Faktor internal adalah merupakan faktor
yang termasuk adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan
belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang
bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari
mempelajari sesuatu.
Teori- Teori
Kepribadian:
a.
Teori Psychoanalitis : Teori ini
menunjukkan bahwa perilaku manusia ini dikuasai oleh personalitasnya atau
kepribadiannya. Teori ini sebenarnya bercermin atas adanya suatu pandangan
konflik dari perilaku manusia ini. Namun suatu penjelasan yang lebih berarti,
komprehensif, dan sistematis mengenai konflik tersebut, adalah penjelasan yang
dikembangkan dan dikenal dengan Teori Sigmund Freud.
b.
Teori Psikoanalitis ini menekankan pada
sifat-sifat kepribadian yang tak didasari sebagai hasil dari konflik masa
kanak-kanak. Konflik itu diturunkan menjadi 3 komponen kepribadian yang terdiri
atas:
Konsep diri (Citra
Diri) akan menjadi pokok bahasan yang populer untuk melihat hubungan antara
bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri dan perilaku apa yang
diperlihatkan sebagai konsumen. Dengan pendekatan kepribadian, konsumen
digolongkan berdasarkan penggolongan kepribadian yang telah ada disusun oleh
para ahli, pada konsep diri, konsumen menggambarkan diri mereka sendiri di mana
penggambaran ini mungkin akan berbeda dari orang luar memandang mereka.
Beberapa kekurangan
dari konsep ini tidak mengurangi manfaatnya dalam aplikasi pemasaran,
diantaranya segmentasi pasar, iklan, kemasan, penjualan personal, pengembangan
produk, dan retail. Analisis konsep diri konsumen dan bagaimana mereka
memandang merek sangat membantu pemasar dalam mengembangkan produk baru. Merek
baru dapat diciptakan berdasarkan profil konsep diri konsumen yang belum
difasilitasi oleh merek-merek yang sudah ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
individu:
a.
Faktor Sosial
§ Group
sikap dan perilaku
individu banyak dipengaruhi oleh kelompok-kelompok kecil. Dimana kelompok
tersebut secara langsung (primary groups) dan tidak langsung (secondary groups)
yang mempunyai interaksi satu dengan yang lain sehingga group memiliki peran
dalam mempengaruhi individu dalam pembelian.
§ Keluarga
keluarga
mempunyai peran terbesar dalam mempengaruhi individu dalam pembelian
suatu produk karena keluarga pula yang mempunyai peran paling banyak
dalam interaksi seorang individu.
§ Peran
dan status
peran merupakan
aktivitas yang diharapkan seseorang sesuai orang-orang dalam lingkungan
sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan
penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat.
b.
Faktor Personal
§ Keadaan
ekonomi
keadaan ekonomi akan
mempengaruhi pilihan produk seorang individu, dimana dengan situasi tersebut
seseorang akan melakukan keputusan terhadap produk mana yang akan ia beli yang
terjangkau dengan keadaan ekonominya pada saat ini.
§ Gaya
hidup
gaya hidup seseorang
akan membentuk pola kehidupan yang membentuk aktivitasnya, dimana seseorang
dapat mengekspresikan dengan menunjukkan ketertarikan dan opini terhadap suatu
produk.
§ Umur
seseorang akan merubah
pilihan produknya seiring dengan siklus kehidupannya. Umur tentulah memiliki
peran penting dalam mengambil keputusan untuk tetap pada suatu produk atau
menggantinya dengan yang lebih terasa manfaatnya.
§ Pekerjaan
pekerjaan seseorang
mempengaruhi pembelian, perbedaan dalam pekerjaan akan berbeda pula
pembeliannya.
c.
Faktor Psikologis
§ Motivasi
kebutuhan yang
mendorong seseorang untuk mencari produk yang sesuai dengan kebutuhannya.
Ketika satu level kebutuhan terpenuhi maka seseorang akan mencari sesuatu yang
ada memuaskan kebutuhannya pada level selanjutnya (teori marslow).
§ Persepsi
presepsi seorang
konsumen akan mempengaruhi dia dalam pembelian suatu produk. Seorang konsumen
akan menerjemahkan setiap informasi yang ia dapat yang kemudian akan membentuk
suatu opini yang kuat terhadap suatu produk sehingga mempengaruhi keputusan
yang akan diambil dalam pembelian suatu produk.
§ Pembelajaran
pembelajaran adalah
proses mempelajari, memperhatikan, menyimpulkan suatu hal yang terus berkembang
dan berubah seiring informasi terbaru yang ia terima.
d.
Faktor Kultur
§ Sub
Kultur
sekelompok orang yang
memiliki kesamaan agama, daerah atau bangsa seseorang.
§ Kelas
Sosial
penggelompokkan
individu berdasarkan suatu kesamaan sesuai dengan kelas sosial dimana dia
berada.
4.PENGARUH KELUARGA DAN RUMAH TANGGA
TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Saat ini keberadaan
keluarga dan rumah tangga sangat mempengaruhi pola dan perilaku konsumen
seseorang. Hal ini didasarkan pada gaya hidup keluarga maupun rumah tangga
tersebut. Semakin tinggi derajat dari keluarga tersebut, maka makin tinggi pula
tingkat perilaku konsumen mereka. Sebagai contoh, jika dalam suatu keluarga dan
rumah tangga merasa memerlukan atau membutuhkan mobil ataupun motor untuk
keperluan transportasi , serta memerlukan fasilitas-fasilitas elektronik maupun
furniture, dan mereka memiliki kemampuan untuk membeli kebutuhan tersebut maka
mereka akan membelinya.Dan sebaliknya,
jika keluarga dan rumah tangga memiliki berbagai kebutuhan, tetapi tidak
diimbangi oleh kemampuan untuk membelinya, maka mereka akan memilih atau
memprioritaskan kebutuhan mereka yang lebih penting. Keluarga merupakan
organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah
diteliti secara eksensif. Para pemasar tertarik dengan peran dan pengaruh
relatif dari suami istri, dan anak-anak dalam pembelian berbagai macam produk
dan jasa. Peran dan pengaruh ini akan sangat bervariasi di negara-negara dan
kelas-kelas sosial yang berbeda.
Studi tentang keluarga
dan hubungan mereka dengan pembelian dan konsumsi adalah penting, tetapi kerap
diabaikan dalam analisis perilaku konsumen. Pentingnya keluarga timbul karena
dua alasan :
a.
Banyak produk yang dibeli oleh konsumen
ganda yang bertindak sebagai unit keluarga. Rumah adalah contoh produk yang
dibeli oleh kedua pasangan, mungkin dengan melibatkan anak, kakek-nenek, atau
anggota lain dari keluarga besar. Mobil biasanya dibeli oleh keluarga, dengan
kedua pasangan dan kerap anak remaja mereka terlibat dalam berbagai tahap
keputusan. Bentuk favorit dari kegiatan waktu senggang bagi banyak keluarga
adalah berkunjung ke pusat perbelanjaan setempat. Kunjungan tersebut kerap
melibatkan banyak anggota keluarga yang membeli berbagai barang rumah tangga,
busana, dan bahan makanan.
b.
Ketika pembelian dibuat oleh individu,
keputusan pembelian individu bersangkutan mungkin sangat dipengaruhi oleh
anggota lain.dalam keluarganya. Orang yang bertanggung jawab untuk pembelian
dan persiapan makanan keluarga mungkin bertindak sebagai individu di pasar
swalayan, tetapi dipengaruhi oleh preferensi dan kekuasaan anggota lain dalam
keluarga. Konsumen tersebut mungkin menyukai makanan dan kegiatan waktu
senggang yang sama, dan mengemudikan merek mobil yang sama dengan anggota yang
lain dalam keluarga. Pengaruh keluarga dalam keputusan konsumen tersebut
benar-benar meresap.
1)
Variabel Yang Mempengaruhi Pembelian
Keluarga / Rumah Tangga
Keluarga memiliki
pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga karena
jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Untuk
keluarga maupun rumah tangga, keempat variabel structural yang paling memberi
dampak pada keputusan pembelian dan yang demikian paling menarik bagi pemasar
adalah usia kepala rumah tangga atau keluarga, ststus perkawinan, kehadiran
anak, dan ststus pekerjaan.
Keluarga adalah sama dengan perusahaan;
keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yanmg
lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang paling
jelas bahwa dua oramg dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah
mempunyai anak. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini
mengenai apakah keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi
dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makana,
perbot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan produk lain. anak di dalam
keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti
perjalanan, restoran, pakaian orang dewasa, dan banyak barang yang bebas pilih.
Tipe – Tipe Perilaku
Pembelian Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli
dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :
a.
Budget Allocation (Pengalokasian budget)
Pilihan konsumen
terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau
menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang
dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
b.
Product Purchase or Not (Membeli produk
atau tidak)
Perilaku pembelian yang
menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori
produk atau jasa itu sendiri.
c.
Store Patronage (Pemilihan tempat untuk
mendapatkan produk)
Perilaku pembelian
berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan
melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi
bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan
proses pembelian.
d.
Brand and Style Decision (Keputusan atas
merek dan gaya)
Pilihan konsumen untuk
memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.
2)
Keluarga Dan Pengaruh Rumah Tangga
Secara ilmiah keluarga
dapat diartikan sebagai sekelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang berhubungan darah, pernikahan, atau adopsi yang tinggal berdampingan.
Sedangkan rumah tangga adalah semua orang, baik yang berelasi maupun tidak
berelasi yang menempati sebuah unit rumah. Keluarga maupun pengaruh rumah
tangga mempengaruhi sikap pembelian konsumen. Misalnya kelahiran anak
mempengaruhi suatu keluarga untuk menambah perabotan, bahan makanan bayi, dan
lain-lain.
Keputusan konsumsi
keluarga melibatkan setidaknya lima peranan yang dapat didefinisikan.
Peranan-peranan ini mungkin dipegang oleh suami, istri, anak, atau anggota lain
dalam rumah tangga. Peranan ganda atau aktor ganda adalah normal.
a.
Penjaga pintu (gatekeeper). Inisiator
pemikiran keluarga mengenai pembelian produk dan pengumpulan informasi untuk
membantu pengambilan keputusan.
b.
Pemberi pengaruh (influencer). Individu
yang opininya dicari sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh
keluarga dalam pembelian dan produk atau merek mana yang paling mungkin cocok
dengan kriteria evaluasi itu.
c.
Pengambil keputusan (decider). Orang
dengan wewenang atau kekuasaan keuangan untuk memilih bagaimana uang keluarga
akan dibelanjakan dan produk atau merek apa yang yang akan dipilih.
d.
Pembeli (buyer). Orang yang bertindak
sebagai agen pembelian yang mengunjungi toko, menghubungi penyuplai, menulis
cek, membawa produk kerumah, dan seterusnya.
e.
Pemakai (user). Orang yang mengguakan
produk
5.Pengaruh Situasi Terhadap Perilaku
konsumen
Pengaruh situasi dapat
dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan
tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik
obyek (Engel, et.al ,1994). Situasi Konsumen adalan faktor lingkungan sementara
yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu
tertentu dan tempat tertentu ( Mowen dan Minor 1998). Pengaruh situasi dapat
dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat
yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik obyek. Pengaruh
situasi sangatlah berbengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengambil
keputusan untuk membeli suatu barang atau produk. Faktor lingkungan adalah hal
yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu
tertentu dan tempat tertentu. Adapun 5 karakteristik situasi konsumen, antara
lain :
a.
Lingkungan Fisik, yaitu
sarana fisik yang menggambarkan situasi konsumen yang meliputi: lokasi, dekorasi,
aroma, cahaya, cuaca dan objek fisik lainnya yang ada di sekeliling konsumen.
b.
Lingkungan Sosial, yaitu
kehadiran dan ketidakhadiran orang lain pada situasi tersebut.
c.
Waktu, yaitu
saat perilaku muncul (jam, hari, musim libur, bulan puasa, tahun baru). Waktu
mungkin diukur secara subjektif berdasarkan situasi konsumen.
d.
Tujuan, yaitu
harapan yang ingin dicapai pada suatu situasi. Misalkan konsumen yang belanja
untuk acara keluarga di rumah akan menghadapi situasi berbeda dibandingkan
belanja untuk kebutuhan sendiri.
e.
Suasana Hati, yaitu
kondisi jiwa yang sesaat (misalnya perasaan khawatir, tergesa-gesa, sedih,
marah) yang dibawa pada suatu situasi
Situasi konsumen adalah
faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku
konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu.
Jenis-Jenis situasi
konsumen :
Ø Situasi
Komunikasi
Situasi komunikasi
dapat didefinisikan sebagai latar dimana konsumen dihadapkan kepada komunikasi
pribadi atau non pribadi. Komunikasi pribadi akan mencakupi percakapan yang
mungkin diadakan oleh konsumen dengan orang lain, seperti wiraniaga atau sesame
konsumen. Komunikasi non pribadi akan dilibatkan sprektum luas stimulus,
seperti iklan dan program serta publikasi yang berorientasi konsumen misalnya
laporan konsumen. Untuk mengilustrasikan dampak potensial dari situasi
komunikasi, mari kita pertimbangkan bagaimana situasi komunikasi itu dapat
mnentukan keefektifan iklan televise. Kita berfokus pada bentuk komunikasi
tertentu karena dua alasan. Pertama, pengeluaran pada iklan TV kerap mendapat
bagian yang bermakna dari anggaran promosi. Dalam kontes ini sejumlah
karakteristik situasi mungkin muncul kepermukaan sebagai determinan yang
potensial dari suatu keefektifan iklan.Pengaruh situasi mungkin pula timbul
dari program tertentu dimana suatu iklan muncul.
Ø Situasi
Pembelian
Situasi pembelian
mengacu pada latar dimana konsumen memperoleh produk dan jasa. Pengaruh situasi
sangat lazim selama pembelian. Sebagai contoh yang sederhana, pertimbangan
perubahan hebat dalam kepekaan konsumen akan harga dimana situasi pembelian.
Penjual makanan akan merasa sangat sulit untuk membebankan harga yang dibayar
konsumen untuk soda dan jajanan dibioskop atau stadion baseball.
Ø Situasi
Pemakaian
Jenis selebihnya dari
situasi konsumen adalah situasi pemakaian dimana mengacu pada latar dimana
konsumsi terjadi. Dalam banyak kejadian situasi pembelian dan pemakaian
sebenarnya sama, tetapi konsumsi prosuk kerap kali terjadi didalam latar yang
sangat jauh, baik secara fisik maupun temporal, dari latar dimana produk
diperoleh.
6.Contoh kasus pemasaran pada segmen
pasar berdasarkan kelas sosial:
Pemasaran pada segmen
pasar berdasarkan kelas sosial berbeda – beda sesuai dengan kelas sosial yang
ingin di tuju. Bisa dilihat apabila ingin memasarkan suatu produk yang
mempunyai kelas sosial yang tinggi biasanya menggunakan iklan yang premium atau
bisa di bilang lebih eksklusif karena dapat diketahui bahwa orang – orang yang
berada di kelas sosial atau memiliki status sosial yang tertinggi, mereka lebih
memilih produk yang higienis, terbaru, bermerk, dan kualitas yang sangat bagus.
Berbeda apabila pemasaran dilakukan untuk orang – orang yang berada pada kelas
sosial terendah. Penggunaan iklan pun kurang di gencarkan dan biasanya malah
lebih menggunakan promosi yang lebih kuat, karena kelas sosial yang rendah
lebih banyak mementingkan sebuah kuantitas suatu produk dengan harga yang
murah. Jadi berbeda sekali pemasaran yang dilakukan apabila melihat dari posisi
kelas sosial yang ada.